sebuah blog oleh Hansen Wijaya

Senin, 30 April 2012

Rifting

Istilah rift merupakan suatu terminologi yang berkaitan dengan suatu sistem tektonik regangan (rezim ekstensional) yang diikuti oleh pembentukan sesar-sesar normal yang berorientasi tegak lurus terhadap arah tegasan tektonik terlemah dan disertai dengan gejala pembentukan cekungan. Enam penyebab terjadinya rifting dapat dijelaskan melalui Gambar 1.

Gambar 1. Penyebab terjadinya rifting (Van der Pluijm & Marshak, 2004).


Half Graben

Pembentukan sesar-sesar normal selama rifting berlangsung mengakibatkan adanya bagian kerak yang berkait dengan bidang sesar yang turun (mengalami subsiden). Bagian yang turun ini secara tidak langsung membentuk cekungan yang kemudian terisi oleh lapisan-lapisan sedimen. Bentukan horst dan graben merupakan hasil dari rifting. Bagian kerak yang relatif naik disebut dengan horst sedangkan yang turun disebut graben. Apabila bagian yang turun tersebut hanya dibatasi oleh satu bidang sesar normal saja, maka cekungan yang terbentuk pada bagian yang turun tersebut disebut sebagai cekungan half graben (Gambar 2). Pada mula-mula berkembangnya konsep rifting pembentukan cekungan sedimentasi dianggap terjadi melalui konsep horst dan graben, namun beberapa fakta yang terdapat pada Teluk Suezz (dan cekungan-cekungan rifting lainnya) menunjukan bahwa konsep half graben lebih cocok digunakan untuk menjelaskan terjadinya rifting.

Gambar 2. Dua konsep pensesaran pada zona rifting. (a) Penampang yang mengilustrasikan salah satu konsep half graben dan (b) Penampang yang menunjukan konsep horst dan graben (Van der Pluijm & Marshak, 2004).

Rift-related sediments

Ada tiga penamaan umum yang berkaitan dengan lapisan-lapisan sedimen yang terbentuk di zona rifting, ketiga istilah tersebut yaitu: sedimen pre-rift, sedimen syn-rift, dan sedimen post-rift. Sedimen pre-rift merupakan sedimen yang terendapkan pada saat sesar-sesar normal yang mengontrol terjadinya rifting belum aktif. Sedimen syn-rift merupakan sedimen yang terendapkan pada saat rifting berlangsung (sesar-sesar normal aktif). Sedimen post-rift merupakan sedimen yang terendapkan pada saat sesar-sesar normal yang mengontrol terjadinya rifting tidak aktif lagi. Jadi urut-urutan pembentukan sedimen pada daerah yang pernah mengalami rifting adalah pre-rift, syn-rift, dan post-rift.

Sedimen Pre-rift
Pada umumnya sedimen pre-rift ini adalah sedimen-sedimen berumur tua pada cekungan. Salah satu ciri yang dapat digunakan untuk mencirikan sedimen ini adalah memiliki ketebalan yang hampir sama di bagian graben, sedangkan di bagian horst biasanya lebih tipis atau nyaris tidak ada disebabkan oleh erosi yang terjadi pada saat bagian ini berkembang menjadi daerah tinggian ketika rifting berlangsung. Sedimen ini tidak selaras dengan sedimen syn-rift yang diendapkan diatasnya. Kadangkala sedimen post-rift tidak hadir pada suatu cekungan rifting. Konsekuensinya, sedimen syn-rift diendapkan langsung di atas batuan dasar beku dan metamorf. 

Sedimen Syn-rift
Sedimen syn-rift pada konsep half graben memiliki ciri memiliki ketebalan yang tidak seragam pada bagian graben. Sedimen ini menebal mendekati bidang sesar normal, menipis menjauhi bidang sesar normal, dan nyaris tidak diendapkan pada bagian horst. Seringkali sedimen syn­-rift ini terdiri dari urut-urutan endapan sungai, fan delta dan lacustrine, dan laut dangkal.

Sedimen Post-rift
Sedimen post-rift pada umumnya diendapkan secara selaras di atas sedimen syn-rift. Sedimen ini memiliki ciri memiliki ketebalan yang relatif seragam di bagian horst maupun graben. Untuk kasus dimana terjadi kenaikan air laut yang cepat pada saat rifting berhenti, batugamping terumbu dapat tumbuh pada daerah-daerah tinggian (biasanya horst) dan bersifat lebih napalan di bagian yang lebih rendah.

Zona Rifting Afrika Timur (www.flashearth.com). Lembah yang memanjang pada gambar di atas dari Great Rift Valley samai Danakil Depression (melewati selatan Addis Ababa sampai Djibouti) merupakan bagian dari zona pemekaran (rifting) tengah benua Afrika Timur.

Contoh Cekungan Rift

Dari sekian banyak cekungan rift di dunia, Cekungan Jawa Barat Utara merupakan contoh yang menarik. Beberapa peneliti, seperti Amril Adnan, Sukowinoto, dan Supriyanto (1991) serta Peter J. Butterworth dan Christopher D. Atkinson (1993) menyatakan bahwa ada 2 fasa/tahapan sedimentasi syn-rift pada cekungan ini, fasa pertama terjadi pada saat pengendapan Formasi Jatibarang lalu fasa kedua terjadi pada saat pengendapan Formasi Talang Akar Bawah (Lower TAF). Sedangkan sedimen Formasi Talang Akar Atas (Upper TAF) dan Baturaja dianggap berperan sebagai sedimen post-rift. Meskipun demikian, tetap ada peneliti yang menganggap Jatibarang tidak sebagai endapan syn-rift dan menggolongkannya sebagai pre-rift.

Gambar 3. Profil Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Butterworth dan Atkinson, 1993).

Referensi:
Butterworth, Peter J. dan Christopher D. Atkinson, 1993. Syn-rift Deposits of The Northwest Java Basin: Fluvial Sandstone Reservoirs and Lacustrine Source Rocks. Indonesian Petroleum Association, Clastic Core Workshop.
Van der Pluijm, Ben A. dan Stephen Marshak, 2004. Earth Structure: An Indroduction to Structural Geology and Tectonics (2nd Editon). New York: W. W. Norton & Company, Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar