Foraminifera merupakan makhluk hidup yang secara taksonomi berada di bawah Kingdom Protista, Filum Sarcomastigophora, Subfilum Sarcodina, Superkelas Rhizopoda, Kelas Granuloreticulosea, dan Ordo Foraminiferida. Foraminifera berdasarkan cara hidupnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu foraminifera yang hidup di dasar laut (benthonic foraminifera) dan foraminifera yang hidup mengambang mengikuti arus (panktonic foraminifera). Foraminifera bentonik pertama mulai hidup sejak Zaman Kambrium sampai saat ini, sedangkan foraminifera planktonik hidup dari Zaman Jura sampai saat ini. Foraminifera, sekalipun merupakan protozoa bersel satu, merupakan suatu kelompok organism yang sangat komplek. Foraminifera dibagi menjadi 12 subordo oleh Loeblich dan Tappan (1984) dan lebih dari 60,000 spesies telah terindentifikasi hidup selama Fanerozoikum (Phanerozoic, dari kira-kira 542 juta tahun yang lalu sampai sekarang)
Berbagai jenis foraminifera kecil (sebagian besar bentonik), tanpa skala (Thomson, 2006)
Morfologi Singkat
Sel foraminifera yang lembut (cytoplasm) hampir seluruhnya ditutupi oleh cangkang yang dapat tersusun dari material organik (tectin), mineral kalsit/aragonit/silika, ataupun aglutinin. Cangkang-cangkang tersebut ada yang terdiri hanya dari satu ruang (unilocular) atau banyak ruang (multilocular) yang saling berhubunan melalui suatu lubang bukaan (disebut foramen bila bukaan ini hanya terdiri dari satu lubang dan foramina apabila lebih dari satu lubang).
(a) Foraminifera benthonik unilocular dan (b) Foraminifera planktonik multilocular (Amstrong dan Brasier, 2005)
Benthonic vs Planktonic, Besar vs Kecil
Pada umumnya ada klasifikasi tidak resmi foraminifera yang didasarkan pada sifat hidupnya dan ukuran cangkangnya. Bersdasarkan sifat hidupnya, foraminifera dibagi menjadi foraminifera bentonik dan foraminifera planktonik. Foraminifera bentonik hidup di dasar laut dan memiliki lingkungan hidup pada kedalaman laut tertentu sehingga tidak tersebar luas ke seluruh lautan. Foraminifera planktonik hidup mengikuti arus laut, hal ini memungkinkan jenis foraminifera ini tersebar luas ke seluruh lautan. Foraminifera besar digunakan untuk menyebut foraminifera yang berukuran diameter lebih dari 2mm dan volume cangkang lebih dari 3mm3 serta memiliki struktur cangkang bagian dalam yang kompleks, demikian sebaliknya berlaku untuk foraminifera kecil. Foraminifera besar hidup secara bentonik, sedangkan foraminifera kecil ada yang bentonik dan ada juga yang planktonik.
Berbagai jenis foraminifera yang terdapat di Hebridian Slope
Lingkungan Hidup
Foraminifera modern dapat hidup di semua lingkungan laut, dari zona intertidal sampai zona laut abisal, dari lautan kutub yang dingin sampai lingkungan tropis yang hangat. Dari sekitar 4,000 modern spesies foraminifera modern, hanya seperseratusnya yang merupakan foraminifera planktonik, sisanya merupakan foraminifera bentonik. Kebanyakan foraminifera bentonik hidup tidak bergantung pada cahaya matahari. Meskipun demikian, beberapa spesies foraminifera benthonik besar hidup bersimbiosis dengan alga dan karenanya hidup di zona fotik (photic = tembus cahaya matahari). Berbeda dengan foraminifera besar yang dapat hidup dimana saja [*1], foraminifera planktonik biasanya hidup di perairan dangkal (maksimum 300 m di bawah permukaan laut, namun apabila mereka mati, cangkangnya tentu akan jatuh ke bawah sampai ke lantai lautan).
Forominifera untuk BiostratigrafiLingkungan Hidup
Foraminifera modern dapat hidup di semua lingkungan laut, dari zona intertidal sampai zona laut abisal, dari lautan kutub yang dingin sampai lingkungan tropis yang hangat. Dari sekitar 4,000 modern spesies foraminifera modern, hanya seperseratusnya yang merupakan foraminifera planktonik, sisanya merupakan foraminifera bentonik. Kebanyakan foraminifera bentonik hidup tidak bergantung pada cahaya matahari. Meskipun demikian, beberapa spesies foraminifera benthonik besar hidup bersimbiosis dengan alga dan karenanya hidup di zona fotik (photic = tembus cahaya matahari). Berbeda dengan foraminifera besar yang dapat hidup dimana saja [*1], foraminifera planktonik biasanya hidup di perairan dangkal (maksimum 300 m di bawah permukaan laut, namun apabila mereka mati, cangkangnya tentu akan jatuh ke bawah sampai ke lantai lautan).
Apabila foraminifera-foraminifera tersebut wafat, maka mereka akan mewakafkan cangkangnya untuk diendapkan di dasar laut. Hal ini menyebabkan sedimen dasar laut pada umumnya mengandung cangkang foraminifera, baik dari hanya beberapa individu foraminifera dalam 1 kilogram sedimen (yang apabila mengalami proses litifikasi akan menjadi batuan sedimen) sampai (sebagai contoh) batugamping Nummulites yang butir batugampingnya tersusun oleh cangkang foraminfera besar Nummulites. Karena itu cangkang foraminifera hampir selalu digunakan dalam studi biostratigrafi untuk batuan-batuan sedimen yang terbentuk di lingkungan laut. Foraminifera (kecil) planktonik yang dapat tersebar luas ke seluruh lautan digunakan dalam korelasi umur untuk lapisan-lapisan batuan sedimen antar regional yang berumur Kapur, Paleogen, dan Neogen. Sedangkan foraminifera (besar dan kecil) bentonik digunakan untuk penentuan lingkungan pengendapan dan korelasi stratigrafi yang bersifat regional.
Kiri: Foraminifera fusulinida Parafusulina schucherti berumur Permian Bawah (299-251 juta tahun yang lalu) yang terdapat di Apache Canyon, Texas.
| ||
Kanan: Foraminifera bentonik Discocyclina sp. dari Formasi Naranjo (Puerto Rico) yang berumur Eosen Tengah (sekitar 55.8 - 33.9 juta tahun yang lalu).
|
[*1] maksudnya bukan suatu spesies foraminifera bentonik dapat hidup di semua lingkungan laut, melainkan kelompok foraminfera ini yang dapat hidup baik dari laut dangkal sampai laut dalam (zona abisal).
[*2] semua Featured Image yang terdapat pada tulisan ini diambil dari Scholle dan Scholle (2003) yang terdapat pada Daftar Referensi.
Referensi:
Amstrong, Howard A. dan Martin D. Brasier. 2005. Mircofossils (2nd edition). Oxford: Blackwell Publishing
Scholle, Peter A. dan Dana S. Ulmer-Scholle.2003. A Color Guide to the Petrography of Carbonate Rocks: Grains, textures, porosity, diagenesis. Oklahoma: The American Association of Petroleum Geologists.
Thomson, Keith. 2005. Fossils. New York: Oxford University Press.
Thomson, Keith. 2005. Fossils. New York: Oxford University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar