Jika pesawat yang anda tumpangi jatuh (dan atau sejenisnya), jangan terlalu berharap bahwa ada Superman yang datang menyelamatkan lalu mendaratkan pesawat anda di atas rerumputan hijau lapangan baseball (WMH, 2011)
Indonesia sudah merdeka puluhan tahun yang lalu, tetapi kemerdekaan ini masih banyak dipertanyakan oleh banyak orang. Dalam faktanya memang banyak rakyat Indonesia yang masih belum merdeka, mereka masih dikuasai oleh kemiskinan, ketidakadilan, dan kesengsaraan. Disisi lain, ada banyak dari pejabat-pejabat dan anggota-anggota parlemen yang terhomat kita yang tidak bisa memerdekakan dirinya dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ya, itulah gambaran Indonesia saat ini. Ada banyak orang yang tidak lagi mempercayai pemerintah. Prinsip “Jangan tanya apa yang negara bisa berikan kepadamu, tetapi tanyalah apa yang dapat kamu berikan kepada negara” secara perlahan berubah menjadi “Jangan tanya apa yang dapat saya berikan kepada negara, saya sudah melakukan banyak, tetapi negara ini tidak bisa memberikan apa-apa bagi saya.” Ada banyak orang yang tidak yakin bahwa negara ini mampu mejamin hak-hak warganya, anda mungkin salah satunya. Dunia informasi yang begitu terbuka dengan baik telah memberikan kita informasi-informasi tentang Indonesia ini - dalam banyak hal lebih banyak kelebihannya daripada kekurangannya.
Indonesia adalah satu negara yang besar - baik dalam luas wilayah, sumberdaya alam, maupun penduduknya. Ada berbagai suku, ras, dan agama yang tinggal di dalamnya. Para pejuang kemerdekaan kita tentu sudah memikirkan hal ini, dengan luas wilayah, sumber daya alam, dan penduduk yang berbagai suku, ras, agama ini, Indonesia harus tetap bisa bertahan sampai dunia ini kiamat! Karena itu di bawah Burung Garuda itu ada tulisan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu). Saya paham mengapa tulisannya bukan “bersama kita bisa!” karena jika demikian maka korupsi secara bersama-sama akan merajarela di Indonesia ini, dan atau “lanjutkan!” karena jika demikian maka korupsi dari zaman penjajahan Belanda akan terus berlanjut sampai sekarang ini.
Lalu kita harus bagaimana dengan kondisi bangsa kita ini? Haruskah kita berdiam diri? Tentu saja tidak, karena setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali memiliki hak (baca: bukan kewajiban) untuk memainkan perannya untuk membangun negara ini. Bagi saya, membangun Indonesia sama repotnya dengan menerbangkan pesawat. Hmm, mengapa demikian?
Ada pepatah yang bilang “Orang cerdas belajar dari sejarah”. Sejak sejarah terbukti dapat mengajari kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, maka hal pertama yang harus kita lakukan untuk membangun bangsa ini adalah dengan belajar dari sejarah. Jika tahu bahwa Krisis Kepemimpinan membuat dinasti-dinasti yang pernah menguasai China jatuh dan pecah, maka kita jangan sampai membuat negara kita berada di dalam kondisi yang demikian itu. Jika kita tahu bahwa VOC bangkrut karena terlalu banyak korupsi di dalamnya, janganlah kita membuat negara kita ini bangkrut karena korupsi juga. Dengan belajar sejarah baik-baik maka kita setidak-tidaknya memiliki landasan yang baik untuk membangun negara kita, sama seperti sebuah pesawat untuk dapat lepas landas harus memiliki landasan yang baik dan cukup panjangnya.
Kedua, sebuah pesawat yang akan terbang harus digiring melalui landasannya oleh pihak pengelola bandara. Dalam hal ini, untuk membangun negara kita kita memerlukan arahan yang jelas, mau dibawa kemana negara ini. Kita punya lima sila dalam Pancasia, mulai dari Ketuhanan Yang Maha Esa sampai Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, kita punya UUD yang mendukung berjalannya pemerintahan serta menjamin hak dan kewajiban bagi tiap warga negara. Jika pihak pengelola bandara salah mengarahkan pesawat, pesawat tidak akan berhasil menemukan titik pacu landasan dan tidak akan terbang-terbang. Dalam beberapa kasus, kesalahan pengarahan ini dapat terjadi ketika pesawat sudah berada di atas udara - meskipun UUD-nya benar namun jika UU, pelaturan pemerintah pusat dan daerahnya salah, negara bisa bahaya.
Ketiga, sekalipun ada arahan yang diberikan oleh pihak pegelola bandara jika pilot dan co-pilot tidak becus atau berada di dalam keadaan sakit atau galau ataupun labil, maka pesawat bisa-bisa disalaharahkan oleh keduanya. Karena itu orang yang berada di depan pemerintahan haruslah orang yang memiliki kemampuan untuk mengemudikan negara ini, ia tidak boleh orang yang sedang sakit, suka galau, ataupun labil. Jika sakit maka kemampuannya untuk memimpin negara akan terganggu, jika galau maka negara tidak akan maju-maju karena si pemimpin sibuk curhat lewat twitter - bayangkan, gak lucu kan kalau pesawat jatuh karena si Pilot tidak menonaktifkan HP-nya biar bisa ngetwit? Juga tidak boleh labil, karena jika begitu negara bisa kehilangan keseimbangan jika sudah “mengambang” di udara.
Keempat, sekalipun landasannya ada baik, arahan untuk menuju titik pacu - lepas landas - dan mengambil arah di ketika sudah mengudara, serta pilot dan co-pilot yang jenius namun jika penumpangnya tidak duduk dengan tenang di dalam pesawat, maka pesawat itu bisa berada dalam keadaan bahaya. Bayangkan apa yang terjadi ketika akan lepas landas atau sedang terbang tiba-tiba ada yang membunuh pilot dan co-pilot secara tiba-tiba. Jika si pembunuh atau salah satu penumpang pesawat tidak mempunyai keahlian untuk menerbangkan pesawat, maka pesawat akan kehilangan arah, keseimbangan, dan pada akhirnya akan jatuh. Mengkudeta pemerintah yang sedang “menerbangkan” negara bisa berakibat fatal, terutama jika tidak terdapat pemimpin yang cakap untuk menggantikan pemimpin/pemerintah yang lama. Sebagai warga negara yang baik, kita mempunyai kewajiban untuk membiarkan pemerintahan yang ada berjalan, jangan membunuh pilot atau co-pilot dan menggantikannya dengan orang yang bahkan tidak bisa mengaktifkan fitur autopilot dalam pesawat.
Lalu selain itu, sebagai penumpang, kita dituntut untuk tidak menyalakan “musik keras” sambil berjingkrak-jingkrak di lantai kabin - kalian tahu, agak sulit bagi pilot dan co-pilot untuk menjaga keseimbangan pesawat kalo pesawat selalu goyang-goyang gak jelas. Berpikir dengan tenang untuk membawa perubahan negara ini lebih baik daripada bertindak dengan urak-urakan. Selain kedua hal diatas, jika penumpang di dalam pesawat secara tiba-tiba terpecah menjadi dua kubu yang kemudian saling tonjok menonjok, maka pesawat juga akan kehilangan keseimbangannya. Dua ribu tahun yang lalu, seseorang filsuf besar pernah berkata: “If a kingdom is divided against itself, that kingdom cannot stand”; “Jika suatu kerajaan terpecah-pecah, maka kerajaan itu tidak dapat bertahan”. Hal itu masih berlaku sampai detik ini, “Jika suatu negara terpecah-pecah, maka negara itu tidak dapat bertahan”. Jika ingin pembangunan Indonesia berjalan dengan baik, maka ke-Bhineka Tunggal Ika-an Indonesia harus dipertahankan.
Selain jangan sembarangan menembak, jingkrak-jingkrak, dan tonjok menonjok. Sangat penting bagi setiap penumpang untuk duduk ditempatnya masing-masing. Maksudnya adalah, jalanilah hidup kita sebagai seorang warga negara sesuai dengan kapabilitas dan kapasitas yang kita miliki. Jika kita penumpang dengan nomor duduk 18A maka haruslah duduklah di bangku 18A, jangan sampai semua penumpang hanya mau duduk di depan. Bayangkan apa yang akan terjadi jika di dalam sebuah pesawat yang berkursi 200 orang namun ke-200 penumpangnya malah berdesak-desakan hanya mau duduk di kursi bahkan lantai bagian depan pesawat.
Dan jika kita merasa bahwa pilot dan co-pilot yang sedang menerbangkan pesawat yang sedang kita tumpangi sekarang ini tidak becus, ada dua hal berguna yang dapat kita lakukan. Jika kita masih cukup muda dan sehat, kita dapat masuk ke sekolah penerbangan dan menjadi pilot yang lebih becus daripada pilot pesawat kita yang sekarang ini. Atau yang kedua, jika ada kendala pada diri kita sehingga kita tidak bisa menjadi pilot, maka tidak ada salahnya anda menanamkan visi untuk menjadi pilot kepada anak-anak kita dan orang-orang di sekitar kita yang bisa menjadi pilot. Mengeluh dan mengungkapkan kekurangan pilot pesawat yang kita tumpangi kan tidak akan menyelesaikan masalah (terutama apabila mereka mengalami penyakit rabun hati), ya nggak?
Hmmm, bagi saya pesawat yang saya tumpangi sekarang ini udah bagus sih, pilot dan co-pilotnya professional, pramugarinya cantik dan ramah lagi... (*cari aman,,, biar diri ini cukup jadi penumpang yang baik aja).. hahaha #kabur
Pesan Sponsor: Jangan seperti kebanyakan orang, jika tidak merasa puas dengan maskapai/pesawat tertentu langsung ganti ke maskapai/pesawat lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar