sebuah blog oleh Hansen Wijaya

Jumat, 31 Agustus 2012

Sungailiat dan Granit Klabat

Citra Satelit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Google Maps, 2012)
Citra Satelit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Google Maps, 2012)

Sungailiat merupakan ibu kota dari Kabupaten Bangka (Induk) yang terletak di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Gambar 1). Sebenarnya, Sungailiat bukan hanya nama ibu kota kabupaten saja, melainkan nama kecamatan (Kecamatan Sungailiat) dan juga nama kelurahan (Kelurahan Sungailiat). Kecamatan Sungailiat memiliki wilayah seluas 147,985 km2 dengan penduduk sebanyak 70,959 jiwa (Data Pemerintah Kabupaten Bangka 2012). Terletak + 33 kilometer dari Kota Pangkalpinang (ibu kota dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung), Sungailiat dapat ditempuh dari Jakarta dengan penerbangan udara 45 menit ke Bandara Depati Amir Pangkalpinang dari Jakarta dan dilanjutkan dengan perjalanan darat selama 40-50 menit.

Peta Geologi Sungailiat dan sekitarnya (Mangga dan Djamal, 1994)
Peta Geologi Sungailiat dan sekitarnya [hijau muda: Dataran Alluvial, merah: Granit Klabat, hijau: Formasi Tanjung Genting, dan ungu tua: Komplek Pemali] (Mangga dan Djamal, 1994).

Berdasarkan Peta Geologi yang dibuat oleh Mangga dan Djamal (1994), morfologi wilayah Bangka Bagian Utara (termasuk Sungailiat) dapat dibagi menjadi dua satuan, yaitu satuan dataran rendah dan satuan perbukitan bergelombang. Satuan morfologi dataran rendah tersebar hampir 60-80% dari wilayah Kecamatan Sungailiat, terutama mencakup dataran alluvial dari sungai-sungai yang bermuara di dekat pusat kota (Gambar 2). Beberapa daerah tinggian (perbukitan) di sekitar Sungailiat seperti Bukit Betung dan Gunung Rebo (elevasi di atas 200 mdpl) serta Bukit Selok, dan Bukit Panca (elevasinya kurang dari 200 mdpl) merupakan bagian dari satuan perbukitan bergelombang (Gambar 3).

Peta Topografi yang menunjukan beberapa perbukitan seperti Bukit Betung, Bukit Rebo, dan Bukit Betung yang menggelilingi Kota Sungailiat (Google Maps, 2012)
Peta Topografi yang menunjukan beberapa perbukitan seperti Bukit Betung, Bukit Rebo, dan Bukit Betung yang menggelilingi Kota Sungailiat (Google Maps, 2012)

Sungailiat, secara tektonik terletak pada bagian belakang dari busur Sumatra dan berhadapan langsung dengan Cekungan Sedimentasi Sumatra Selatan di sebelah barat Pulau Bangka. Selama Triasik (200-251 juta tahun yang lalu [mengikuti rentang umur pada Skala Waktu Geologi yang diterbitkan oleh RPS tahun 2011 yang lalu]), Sungailiat berada pada zona “Main Range” (Hutchison, 1982). Subduksi lempeng samudra dengan tepi barat Lempeng Mikro Sunda (catatan: Pulau Bangka merupakan bagian dari Lempeng Mikro Sunda (Sundaland) yang merupakan bagian dari Lempeng Eurasia) menghasilkan zona subduksi yang menyebabkan terjadinya magmatisme granitik pada Main Range (Gambar 4). Magmatisme inilah yang menyebabkan di Pulau Bangka banyak terdapat batuan-batuan intrusi granitik, dan secara kebetulan beberapa dari intrusi-intrusi itu tersebar di suatu wilayah yang pada akhirnya dinamakan dengan Sungailiat. Intrusi-intrusi ini berperan dalam membentuk satuan morfologi perbukitan bergelombang di sekitar Sungailiat (meskipun demikian “pegunungan lipatan” dari batuan sedimen yang terdeformasi juga membentuk morfologi perbukitan bergelombang di beberapa lokasi di Pulau Bangka).

Peta Tektonik Lempeng Mikro Sunda pada Zaman Trias (Hutchison, 1982)
Peta Tektonik Lempeng Mikro Sunda pada Zaman Trias (Hutchison, 1982)

Pada Peta Geologi Bangka Utara, batuan granitik yang terdapat di Pulau Bangka dideskripsikan sebagai granit, granodiorit, adamalit, diorit, dan diorit kuarsa, setempat dijumpai dyke(s) aplit dan pegmatite, terkekarkan dan tersesarkan. Batuan granitik yang terdapat di Bangka dan Belitung memang diketahui tersebar secara memanjang ke arah utara ke Pulau Singkep dan menerus ke Semenanjung Malaysia serta dikenal dengan sebutan Granit Klabat. Berdasarkan hasil uji penanggalan dengan menggunakan metoda Rb-Sr di Pemali, didapatkan umur batuan granit yang mengelilingi Sungailiat yaitu sekitar 211+3 ma (Schwartz dan Surjono, 1991). Angka tersebut tidak terlalu berbeda jauh dengan hasil uji penanggalan yang dilakukan oleh Priem dan Bon (1982) pada granit Bukit Menumbing (Muntok, Kabupaten Bangka Barat) dengan menggunakan metoda K-Ar yang mendapatkan umur 214+6 ma dan granit Kelapa (Kelapa, ?Kabupaten Bangka Barat) yang meiliki umur 215+5 ma (metoda Rb-Sr). Sederhananya, dapat dikatakan daerah Sungailiat ini telah mengalami pelapukan selama lebih dari 200 juta tahun yang menyebabkan batuan granitik yang dulu terbentuk kini dapat tersingkap di beberapa lokasi.

Bebatuan Granit di Pantai Parai, Sungailiat (Foto: Koleksi Keluarga)

Sangat menakjubkan membayangkan bagaimana suatu kerak benua yang tebal dengan intrusi-intrusi granitik mengalami proses pelapukan dan erosi selama jutaan tahun, sampai intrusi-intrusi itu sekarang ini dapat tersingkap di permukaan bumi. Proses alam yang berlangsung selama terus-menerus itu pada akhirnya menghasilkan bentang alam dataran rendah, yang ditutupi oleh tanah hasil pelapukan bebatuan dasar yang banyak mengandung “kaolin”, dengan pantai-pantai teluk berpasir “kuarsa” yang diapit oleh tanjung-tanjung berbatu, serta endapan dari bijih timah yang melimpah di bekas sungai-sungai purba.

Referensi:
Google Maps (diakses pada Agustus 2012).
Hutchison, C.S. 1972. Tectonic Evolution of Sundaland: A Phanerozoic Syntesis, Proceedings, Regional Conference on the Geology of Southeast Asia.
Mangga, S.A. dan B. Djamal. 1994. Peta Geologi Lembar Bangka Utara, Sumatera. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
The Geological Society. 2005. Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution. Geology Society Memoir No. 31. London: The Geological Society Publishing House.

1 komentar:

  1. sip la kew teruslah menulis...... mungkin perlu ge pembahasan pembentukan timah placer secara sedimentologi....

    BalasHapus