Sejak akhir bulan Agustus 2013, PT KAI Komuter Jadebotabek mulai menggunakan THB (Tiket Harian Berjaminan) sebagai tiket komuter. Teorinya, calon penumpang yang belum mempunyai THB tinggal datang ke loket penjualan tiket, menyebutkan stasiun tujuan dan membayar sejumlah uang Rp 5.000,00 + tarif perjalanan dari stasiun keberangkatan ke stasiun tujuan. Setelah sampai di stasiun tujuan, penumpang yang tidak hendak menggunakan jasa transportasi yang sama dalam waktu 7 hari ke depan dapat menukarkan tiket tersebut ke loket penjualan tiket di stasiun tersebut (saya tidak sempat melihat ada loket khusus yang hanya digunakan untuk menukarkan tiket) dan mendapatkan pengantian Rp 5.000,00 yang telah dikeluarkan di stasiun keberangkatan. Sebaliknya apabila penumpang tersebut akan mengunakan komuter lagi dalam waktu 7 hari kemudian, penumpang tidak perlu menukarkan tiket tersebut dan bisa dibawa keluar stasiun. Pada saat penumpang akan naik komuter lagi, penumpang tinggal membawa kartu THB itu ke loket dan menyebutkan statiun tujuan, membayar tiket perjalanan, dan langsung masuk ke "ruang" tunggu komuter.
Hilangnya sekitar 800 ribu tiket KRL sekali jalan atau yang dikenal dengan Kartu Single Trip selama E-ticketing diterapkan menjadi fokus penting pada evaluasi yang dilakukan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ). Selain terus melakukan penertiban dan penguatan pengamanan di Stasiun, PT KCJ juga akan menerapkan sistem uang jaminan sebesar Rp 5.000,- pada tiket sekali jalan tersebut. Mulai Kamis 22 Agustus 2013 Kartu Single Trip untuk satu kali perjalanan akan diganti menjadi Tiket Harian Berjaminan (THB) yang digunakan untuk satu kali perjalanan pada hari pembelian. (krl.co.id)
Namun seringkali teori berbeda dengan praktek. Beberapa minggu setelah penerapan pertamanya, saya menggunakan komuter untuk bolak balik Jakarta Kota - Depok. Perjalanan berangkat lancar tanpa hambatan sama seperti teori. Setelah sampai di Depok, saya tidak langsung menukar kartu THB tersebut karena akan menggunakan komuter untuk balik ke Jakarta Kota pada sore harinya. Setelah sore hari sampai di Jakarta Kota, seharusnya (berdasarkan teori yang saya ketahui) saya melangkahkan kaki saya kembali ke loket penjualan tiket tadi pagi untuk mendapatkan lagi uang Rp 5.000,00 saya. Nah, pada saat mau keluar dan menukarkan THB itu... Saya mendapati tidak mungkin bagi saya dalam waktu cepat (katakanlah 30 menit) untuk dapat menukarkan THB itu. Hal tersebut dikarenakan ada begitu banyak orang yang mengantri di counter untuk mendapatkan THB (atau menukarkannya?) sampai-sampai untuk keluar dari stasiun saja saya harus berdesak-desakan dengan orang banyak. Para satpam stasiun sampai membuat pagar tangan (gak tau harus pake frase apa menggambarkannya - itu loh saling bergandengan tangan untuk membuat pagar agar penumpang yang mau mendapatkan THB tidak menggencet kami yang baru tiba) agar para penumpang yang baru tiba bisa keluar (catatan: loket penjualan tiket dan jalan keluar stasiun berada di lorong kita-kira selebar 4 atau 5 meter).
Menurut Direktur Utama PT KCJ, Tri Handoyo, tata cara penggunaan Tiket Harian Berjaminan di gate out (Stasiun tujuan) juga berbeda dengan Kartu Single Trip. Saat ini di Stasiun tujuan kartu single trip harus dimasukkan pada Card Slot di gate out, namun pada Tiket Harian Berjaminan di Stasiun tujuan penumpang hanya cukup melakukan tapping kembali pada perangkat gate out. (krl.co.id)
Saya tidak tahu secara pasti mengapa bisa ada 800 ribut tiket komuter sekali jalan yang bisa hilang (kan katanya harus dimasukkan pada Card Slot di gate out, masak ada sedemikan banyak orang yang kabur lewat jalur tikus di stasiun sampai tiketnya ilang hampir 1 juta begitu?). Tapi kemudian mengubah tiket sekali jalan dengan THB menurut saya menambah masalah baru.. Karena tidak semua penumpang akan menggunakan komuter 2 kali dalam waktu 7 hari (katakanlah 20%-nya), maka antrian di loket penjualan tiket pada jam sibuk akan bertambah menjadi 20%. Dan hal itu menyebabkan saya tidak menukarkan THB saya pada hari itu, gak sanggup bro harus berdesak-desakan 30 menit cuma untuk mendapatkan balik uang Rp 5.000,00 saya di saat saya bahkan belum makan pada siang hari itu. Well, dulu sekali saya pernah naik komuter pada saat masih menggunakan karcis kertas dan tiap kali saya tiba di stasiun Jakarta Kota pada sore hari (kira-kira pada jam yang sama; 15.00-17.00) saya tidak pernah mendapati antrian di depan loket seramai apa yang saya alami ini. Ke depannya, saya berharap agar pihak KAI/KRL Jadebotabek menambah loket pembelian tiket dan juga membuat loket tersendiri yang dikhususkan hanya untuk menukarkan THB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar